Saturday, 21 June 2008

GENERAL PRODUCT KNOWLEDGE OF IKAT SIKKA-FLORES

Kebiasaan masyarakat Sikka dalam kesehariannya dan tiap ceremony adat atau agama, selalu memakai kain tenun atau sarung adat. Sebutan U’tang Sikka untuk sarung perempuan dan lipa Sikka atau ragi Sikka untuk sarung laki-laki.

Jenis motif dan warna serta desain unsur tertentu masih harus dibagi lagi untuk peruntukan si pemakai dari strata apa, usia, jenis kelamin, untuk kegiatan apa, dan kapan waktu dipakai.

Jenis tenunan tsb terdiri dari: Kain tenun ikat, Kain tenun prenggi, Kain tenun liin, Kain tenun neleng, Kain tenun itor. Jenis kain adat artinya full motif yang “rich” terdiri dari hurang kelang ( jalur-jalur ikat dan non ikat) dan bermutu tinggi karena mempunyai nilai filosofi / pesan khusus dan prosesnya dengan upacara khusus dalam hampir tiap tahapan prosesnya. Lapisan-lapisan bagian motif yang disebut sebagai satu-kesatuan hurang kelang yang terdapat dalam suatu unsur kain tenun atau sarung berbeda tergantung pada jenis motifnya. Motif teridentifikasi pada bagian ina gete (main motif) yang merupakan nama dari motif kain tsb.

Proses pembuatannya juga sangat rumit dan butuh ketelitian tinggi dalam menuangkan imajinasi karena desain suatu motif tanpa digambarkan terlebih dahulu dalam suatu pola tetapi secara langsung dituangkan secara imajinatif yang akan terbentuk suatu pola motif yang dituju.



Pewarna yang digunakan pun tergantung dari dominansi tumbuhan yang tumbuh sebagai habitat di daerah tersebut. Proses pewarnaan merupakan unsur seni dalam memadukan kombinasi warna yang sudah secara lasim dihasilkan. Ada yang warna tunggal dan warna kombinasi bersusun. Paduan warna ada yang double color, yang tentu saja pengerjaannya pun makin rumit dan proses yang lama juga ada upacara khusus dan ada pantangan-pantangan tertentu agar hasilnya sempurna.

Ada kain tenun yang proses penembakan pakannya menggunakan benang pakan yang sudah terbentuk motifnya, maka harus tepat penempatan motifnya secara langsung saat ditenun. Karena pakan jenis ini sudah melalui proses ikat pada pakan bukan diikat pada benang lungsi.

Jenis ini hanya seniwati penenun yang daya imajinasinya tinggi.

Juga ada kain tenun yang pembentukan motifnya tanpa ikat tapi langsung dengan permainan unsur pakan selama menenun. Pembentukan motifnya secara langsung saat menenun. Jenis ini juga hanya penenun dengan ketrampilan tinggi.

Ada juga kombinasi permainana warna spiral pada benang pakan yang menggunakan alat pintal, sehingga mutu kain yang dihasilkan bisa terbentuk modifikasi warna/i dan tekstur yang menarik.

Pekerjaan budaya tenun ini dilakukan perempuan Sikka hampir di tiap rumah tangga yang masih memegang unsur budaya adat yang diteruskan secara turun-temurun dari nenek ke ibu, dan dari ibu ke anak, dan dari anak ke cucu, dst. Semasa sebelum menjelang millennium, biasanya ibu yang mengajarkan putrinya (biasanya yang tinggal di desa) menggunakan cara pemaksaan untuk menenun agar juga bisa sebagai parameter untuk bisa menikah, karena secara adat perempuanlah yang memberikan tenunan-tenunan yang bermutu bagi calon suaminya. Mutu dari kain tenun yang diberikan akan digantikan juga dengan emas Sikka yang disebut tibu, suatu bentuk khas emas Sikka yang bentuknya seperti vagina yang melambangkan kesuburan dan kehormatan yang ditatakan dengan unsur binatang dan tumbuhan atau manusia sebagai lambing three of life (tiga unsur kehidupan). Gelang gading sebanyak 1 set (terdiri dari 8 keping gelang gading dan 4 keping gelang perak) pun dibekali dari ibunda kepada putrinya sebagai lambang keperawanannya.

Motif yang terdesain adalah merupakan transfer /gambaran dari symbol lambang-lambang kehidupan sekitarnya dan merupakan symbol ungkapan karena nenek moyang dulu belum mengenal huruf dan angka. Ada ratusan motif pada U’tang Sikka.

Syair-syair dan bahasa adat yang biasa digunakan seniwati penenun dan masyarakat budaya dalam menunjang mutu kain tenun ikat ada arti harafiahnya / pesan khusus tergantung jenis dan motif kain tsb.


 

blogger templates | Make Money Online