Monday, 16 June 2008

Seni Kerajinan Ikat-Tenun

Di Sikka, seni rupa (ukir, lukis dan pahat) sudah hampir punah. Yang bertahan hingga kini hanyalah seni ikat-tenun (sebagaimana di seluruh Flores, Nusa Tenggara Timur-NTT)

Seni ikat-tenun adalah hasil karya tangan rumah tangga oleh para wanita yang sangat spesifik. Unsur-unsur keindahan melalui gambar. gambar motif, baik berlatar makrokosmos dan mikrokosmos dalam perlambangan-perlambangan maupun sistem yang kuat. Gambar-gambar motif yang diikat kemudian diwarnai. Dicelupkan pada warna kuat alamiah: akar mengkudu yang disebut bur/buke dan tarung yang merupakan dedaunan tarum hitam. Setelah diberi ramuan koja-gelo, ditenun melalui proses yang sangat berhati-hati. Hasilnya, dipakai oleh mereka yang mewarisi pesanan edukatif pertahanan-moral yang dalam bahasa adat leluhur, Du'a utan(g)ling tabu welin(g)"Kain sarung dan baju setiap wanita haruslah bernilai, berharga".



Latar belakang filosofis (baik pria apalagi wanita) tentang nilai dan harga diri yang diwujudkan dalam seluruh artian pembelisan perkawinan.

Oleh karenanya, setiap lembaran kain sarung wanita yang disebut utan(g), mahal harganya setimpal orang yang mengerjakannya. Selain itu masih ada kain selimut pria, dan ikat kepala atau lensu yang diikat dan ditenun rapi. Masih ada lagi kain lipa buat pria yang ditenun-diikat, lipa peten(g) atau lipa-loen(g). Juga kain lipa yang ditenun angkat sulam oleh seniwati Sikka-Krowe, lipa li'in(g) atau lipa-prenggi.

Terutama sarung adat utan(g) mempunyai susunan/design yang disebut huran(g)-heren(g) yang jeli dan diperhitungkan. Setelah hasil ikatan penuh motif dan gambar perlambang huran(g)-kelan(g) yang juga menentukan.

Susunan/design hurang-hereng dari setiap hurang-kelang lembaran sarung yang sudah diikat dan diwarnai terdiri atas Ina gette, Renda, Ina-Lotik/Kesik, Tokang, Likeng, Bueng, dan Wiwir.

Ina-Gette, bagian motif besar utama dengan jumlah lungsi (go'ang-siwang) sebanyak 100 hingga 200 lebih ikatan.
Renda, hiasan berpola antara Ina Gete dan Ina Lotik (bagian, pola kecil), baik hiasan utuh (renda temang) maupun separuh belahannya (renda wigeng).

Ina-Lotik/Kesik, bagian pola kecil dari motif Ina Gete dengan jumlah lungsi sebanyak 20 hingga 50 ikatan.
Tokang, bagian dengan motif kecil sebanyak lebih dari 10 ikatan disusun di antara Ina Gette Ina Lotik, Renda, Likeng, dan Bueng.
Likeng, bagian dengan selingan motif geometris sebanyak angka ganjil 3-5-7-9 ikatan disusun di antara Ina Gete, Ina Lotik, Tokang, dan Bueng.
Bueng, bagian dengan motif berbintik hanya satu ikatan sebagai selingan batas kecil.
bagian ujung bawah dengan ikatan sebanyak 10 hingga
Wiwir, bagian ujung bawah dengan ikatan sebanyak 10 hingga 20 ikatan. Bila diberi motif renda berpola geometris/bergaris tumpal, segi tiga, pilin, meander, persegi empat, disebut wiwir renda. Bila pinggiran ini polos hitam wiwir mitan(g).


Motif/gambar-perlambang yang disebut huran(g)-kelan(g) dapat disebutkan:
• Dala Mawarani (Bintang Kejora)
• Agi Pelikano (Malaikat, Burung suci pelikan)
• Jarang Atabiang (Pasangan manusia berkuda)
• Koraseng Doberadu (Manusia bagai pasangan ayam -pengaruh Katolik Portugis).
• Koraseng Manuwalu (sama dengan Koraseng Doberadu, dengan motif pasangan anak ayam dengan induknya sang pelindung)
• Naga Lalang (atau Naga Sawaria dengan motif ular-naga)
• Ruha (Motif binatang padang ilalang, rusa)
• Sesa We'or (Motif ekor burung murai betina dan jantan)
• Manu (Motif ayam bertemu kepala, bersambungan)
• Oko-Kirek (Motif dengan ragam manusia dan binatang)
• Ahu-Uta (Motive anjing hutan semacam serigala)
• Pedang-puhung (Motif dedaunan nenas dengan sulurnya)
• 'Ai-`roung (Motif daun, bunga dan sulurnya)
• Besi (Motif daun dan buah labu)
• Ata-Bi'ang (Motif manusia berpasangan)
• Medeng (Motif kembang, daun, dan sulur berganda)
• Patola (Motif patola India dengan suluran kembang yang membentuk bulatan)

Dengan demikian setiap sarung adat, utan(g) mempunyai nama tersendiri sesuai motif -kelang- yang disebut di atas yakni Utang Mawarani Utang Agi Pelikano - Utang Atabi'ang - Utang Jarang Ata Bi'ang - Utang Rempe Sikka -Utang Moko - Utang Tope - Utang Rea Nepa - Utang Wenda Utang Breke - Utang Jentiu - Utang Naga Lalang - Utang Gabar - Utang Patola - Utang Nape Wungung - UtangAnjo - Utang Soge - Utang Lea - Utang Luwu - Utang Wenda `Luheng Nggela - Utang Wenda Tenda Wolojita - Utang Oi - Utang Korasang Manuwalu - Utang Rempe Sikka Kelang Naga Lalang - Utang Nape Da'ang Tang - Utang Oko Kirek - Utang Rempe Sikka Kelang Medeng - Utang Medeng Turang Rua - Utang Medeng La'a Waler, dan sebagainya.
Motif dan ragam hiasan penuh dengan artian nilai/simbol pada setiap sarung adat yang dapat dibaca pada jenis-jenis sarung tertentu seperti:


Utang Moko, dipakai dikala upacara perladangan dengan ujud memohonkan kesuburan.
Utang Breke, dipakai pada waktu upacara menolak bala dalam perlambang destruktif pemusnahan.
Utang Jarang Atabi'ang, dipakai sewaktu ada kematian dalam perlambang manusia menaiki kuda menuju alam baka.
Utang Merak, sangat layak dipakai sang pengantin wanita, karena corak dan warna menarik, indah.
Utang Mitang, sangat cocok buat orang tua, karena warna gelap yang tenang.
Utang Wenda, bagi pasangan yang ingin hidup bahagia,sangat bertepatan untuk dipakai.
Utang Rempe Sikka, buat pasangan yang ingin kerukunan hidup.
Utang Mawarani, dengan perlambang Bintang Kejora, diharapkan dapat memberikan penerangan, petunjuk juga sebagai media penolak bala.
Utang Oi Rempe-Sikka, sangat layak dipakai oleh pengantin wanita, karena berlambang tiga bintang seandai suami, isteri dan anak.
Utang Sesa We'or, sangat laik buat pengantin yang sedang beradu kasih, dalam perlambang burung murai berpasangan.

Demikian, jelas bahwa sarung adat utan(g) Sikka-Krowe selain bernilai, artistik, juga paedagogis, dan religius.
Perkara motif atau segi art pada sarung/kain lipa Sikka-Krowe patut dicatat peran Ratu Dona Maria Du'a Lise Ximenes da Silva. Agaknya karena tergoda patola dari India yang cantik atau prenggi yang cantik dari Malaka, maka Ratu Dona Maria mengirim orang khusus ke Jawa untuk belajar cara membuatnya. Hal ini, demikian penegasan sejarahwan Sikka Edmundus Pareire dkk. dalam wawancara khusus di Lela (Juni 2000), sangat berkaitan dengan "perjuangan harkat dan martabat wanita" yang digalakkan Ratu Dona Inez dan Ratu Dona Maria.

posting by boim
www.alfonsadeflores.blogspot.com
disadur dari Buku Pelangi Sikka
B. Michael Beding & S. Indah Lestari Beding

 

blogger templates | Make Money Online